Indonesia dan Budaya Baca




Membaca merupakan cara membuka jendela dunia, pepatah tersebut amat lazim kita dapatkan. Bagi umat islam, anjuran membaca adalah perintah pertama yang tuhan wahyukan kepada nabi besar Muhammad SAW. Hal tersebut pertanda bahwa dalam mengarungi kehidupan maka manusia wajib untuk berilmu, bukan saja untuk kebutuhan jasmani akan tetapi untuk kehidupan spiritual pun harus punya pengetahuan dan hal tersebut didapatkan lewat membaca.

Di era yang serba digital sekarang ini maka fasilitas untuk membaca bukan hanya dari buku yang hardcover akan tetapi buku-buku digital telah beredar dengan luas bahkan perpustakaan yang digital pun telah tersedia dan dapat diakses dengan luas oleh orang-orang. Harusnya ini menjadi tonggak untuk kemajua budaya literasi yang ada di negeri tercinta ini.

Wajib diingat bahwa tanggal 8 September adalah tanggal penting yang diperingati sebagai hari Literasi Internasional ( Hari Aksara Internasional) yang dideklarasikan oleh The United Nations Educational, Scientific,and Cultural Organizaton (UNESCO).

Dilansir dari Kumparan.com (10/09/2017) merilis data statistic mengenai peingkat literasi dunia, dimana terdapat 61 negara yang menjadi objek penelitian dengan data bahwa Indonesia berada di urutan 60 berada di bawah thailand dengan persentasi tingkat literasi rendah. Sedang posisi pertama di tempati oleh finlandia dengan tingkat literasi yang tinggi , hampir mencapai 100% dan posisi terakhir oleh Negara Botswana.

Hal tersebut berbanding terbalik jika kita melihat bahwa Indonesia merupakan Negara dengan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia, padahal jelas bahwa perintah membaca Anjuran pertama dalam Islam.  Terlepas dari hal tersebut sudah sewajarnyalah bahwa menjadi manusia maka keperluan pertama dan paling utama adalah berpengetahuan dan hal tersebut didapatkan lewat membaca.

Menurut hemat penulis, persoalan literasi yang ada Indonesia dapat diminimalisir dengan peningkatan mutu pendidikan abik dari segi informal, formal, maupun non formal. Salah satu penyebab dari kurangnya minat baca adalah karena tidak adanya pembiasaan yang ditanamkan sejak dini. Peran pendidikan informal dalam hal ini adalah keluarga sebagai madrasah pertama bagi para anak-anak mestinya harus mampu untuk menjadi batu loncatan awal dalam pembiasaan anak-anak. Selaiin itu pemerataan pendidikan dan kualitas pendidikan harus terus digenjot. Fakta menujukkan bahwa tingkat pendidikan di inonesia masih berada dalam tataran 14,8%. Pendidikan dan Literasi mesti berjalan bersama karena keduanya saling mendukung. Pendidikan adlah mencintai dan Membaca adalah Menyayangi.


 penulis: Ahmad Muzawir Saleh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOPI, BUKU, DAN CINTA

PENDIDIKAN GAYA BANK DAN POLITIK LICIK PENGAJAR

PENDIDIKAN DEHUMANISASI (Telaah Atas Situasi Pendidikan)