KOPI, BUKU, DAN CINTA
“Kejahatan dan kesia-siaan ada
karena manusia tak lagi sibuk dengan kopi, buku dan cinta (Jazuli Imam)”
Mungkin
seperti itu kira-kira jazuli imam dalam bukunya menggambarkan betapa buruknya
hitup yang tak lagi bercengkrama dengan kopi, buku dan cinta. Tiga komponen ini
memiliki peran utama dalam eksistensi kehidupan manusia, ketiganya akan
memberikan efek besar bagi kehidupan. Kejahatan tak akan pernah ada jika
manusia menyibukkan diri dengan minum kopi, membaca buku, serta bercinta.
Kopi,
yah mungkin dianggap larutan hitam yang jika bersentuhan dengan indra perasa
manusia maka akan mendapatkan rasa pahit. Bicara kopi maka bicara tentang ide,
diskusi dan tatap muka. Lepas dari halal haramnya, kopi telah memberikan
semangat produktif dan hal-hal berguna dan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan,
mulai dari hal-hal kecil hingga revolusi dimulai dari secangkir kopi. Banyak kejahatan
dan kesalah pahaman yang terjadi karena kurangnya ngobrol sambil ngopi bareng.
Kopi bagi mahasiswa jika di timbang dalam perspektif SKS maka dapat
dikategorikan setara dengan 3 SKS mata kuliah, mengapa demikian? Alasannya
sungguh sederhana, bagi mahasiswa menikmati secangkir kopi akan membawa efek
yang positif dan energi tersendiri dalam menyelesaikan tugas-tugas
kemahasiswaan, menemani dalam aktivitas-aktivitas berpikir, dan membaca buku,
bahkan lebih ekstrim lagi kopi dapat berguna untuk menyula malam menjadi siang
bagi mahasiswa. Tanpa secangkir kopi maka malam akan terasa lesu.
Selanjutnya adalah Buku, orang bijak pernah berkata semakin banyak yang kita
baca maka semakin kita tidak mengetahui apa-apa. Membaca buku menjadikan
seseorang tak lagi mudah memproklimirkan keyakinan yang dimilikinya karena akan
memahami terdapat banyak perspektif dalam pengetahuan. Bagi mahasiswa, setumpuk
buku akan lebih berharga jika dibandingkan dengan setumpuk uang yang siap untuk
digunakan berpesta pora. Seperti pepatah "Buku adalah jendela
dunia" maka seharusnya mahasiswa
mampu untuk terus berinteraksi dengan buku agar setiap pelosok-pelosok dunia
dapat dijalajahi. Idealisme seorang mahasiswa akan hampa jika bacaan bukunya
nihil. Begitupun dengan nalar kritis akan tumpul jika buku tidak lagi dijadikan
sebagai batu pengasah pikiran. Mestinya, buku dapat menjadi teman tidur, teman
makan bahkan dalam istilah kekinian buku dapat dijadikan pacar yang selalu siap
untuk menemani. Jika ilmu adalah sebuah pintu, maka buku adakah kuncinya.
Komponen terakhir adalah cinta. Bagi
manusia, cinta merupakan fitrah dan sebuah nikmat dari sang khalik yang
mestinya dapat di kelola dengan baik dan benar. Penafsiran akan cinta akan
berbeda dengan banyaknya figur-figur dengan konsep cintanya masing-masing, ada
rabiatul adawiyah dengan mahabbah nya, ada plato dengan idealismenya, dan masih
banyak yang lainnya. Mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari dunia romantisme
karena pada dasarnya manusia dalam hierarki kebutuhan akan membutuhkan cinta
atau kasih sayang. Mahasiswa dengan cintaanya maka dapat lebih dewasa dengan
membawa cinta sebagai salah satu alat motivator untuk dapat terus berkarya dan
menunjukkan eksistensi dirinya. Karena cinta idealnya dapat mendekatkan diri
antara ciptaan dengan Tuhan, maupun ciptaan dengan alam sekitarnya.
Ketiga hal tersebut akan menjadi
sebuah hal yang indah jika dapat dinikmati secara bersama, kopi dapat menjadi
teman untuk mencerna memahami buku yang dibaca, dan buku akan dapat menjadi
kunci menjadi lebih dewasa dan menjadi pecinta yang tak salah kaprah. Ketiga
itu jika dapat dipadukan dengan baik maka tombak kritis mahasiswa akan semakin
tajam dan eksistensinya akan semakin tegap, maka menurut penulis, bermahasiswa
selayaknya mengabiskan sebagian besar waktu bersama kopi, buku, dan cinta. Jika
msih saja terdapat mahasiswa yang pikirannya kolot maka kita sebut saja
ngopinya kurang lama, baca bukunya kurang banyak dan cintanya kurang sempurna.
#Penulis: EL
Komentar
Posting Komentar