TAHUN BARU DAN PENINGKATAN PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Begitulah pendidikan yang semestinya menurut
ucapan UU No. 20 Tahun 2003.
Memasuki
tahun 2019 dengan nuansa baru dan pastinya harus berbeda dari 2018. Tahun yang
di jalani harusnya dapat lebih baik dari tahun yang telah dilewati. Berbicara
pendidikan, di tahun 2018 kita saksikan kondisi kebangsaan dimana sector utama
yang dibangun adalah dari sector infrastruktur sedangkan sector pengembangan sumber daya manusia
dalam hal ini salah satunya adalah pendidikan malah kurang mendapatkan
perhatian.
Pembangunan
besar-besaran terhadap fasilitas infrastruktur dianggap sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kemajuan di negeri ini. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga
bahwa untuk memperlaju perkembangan suatu bangsa maka pembenahan dan peningkatan
dari sumber daya manusia harus jadi prioritas utama lewat perbaikan bidang
pendidikan.
Dari
tahun ketahun problema besar pendidikan masih saja berkutat dan belum mampu
diselesaikan dengan baik. Tingginya biaya pendidikan yang mengakibatkan
banyaknya anak yang putus sekolah karena tidak medapatkan biaya yang cukup
terus saja terjadi. Peningkatan kesejahtraan pendidik dan meningkatkatnya
pengangguran dari golongan sarjanawan tetap menjadi cerita hangat nan
menggenaskan. Setidaknya pada tahun ajaran
2017/2018 tercatat sedikitnya 195 ribu anak yang putus sekolah dan
sekitar 630.000 sarjanawan yang menganggur. Data tersebut menjadi acuan penting
evaluasi kinerja dan rencana resolusi kerja pemerintah untuk segera membenahi
system pendidikan.
Amanah
undang-undang 1945 senantiasa mengingatkan kita bahwa pencerdasan kehidupan
bangsa merupakan salah satu tujuan utama yang harus diemban oleh negeri ini. Pemerataan
pendidikan pun masih menjadi pekerjaan utama buat pemerintah,
kerancuan-kerancuan dalam system pendidikan pun masih menjadi bumbu hangat
problematika pendidikan.
Cita-cita
besar dari seorang Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harusnya dapat mencetak
manusia-manusia yang merdeka lahir dan batin sehingga dapat bermanfaat bagi sesama
manusia, bangsa dan Negara kiranya masih sebatas cita-cita yang mengambang di
samudra khayalan. System pendidikan pemanusiaan dan pemerdekaan yang dibina
oleh beliau jika dtinjau sekarang ini hanyalah sebuah angan-angan belaka. Pasalnya,
pendidikan hari ini tidaklah mencetak manusia yang merdeka tetapi
manusa-manusia yang akan selalu tunduk terhadap pelbagai aturan dan
kebergantungan terhadap hal-hal yang instan dan tak mampu mengeksplor
kreatifitas dan potensi kemanusiaanya dalam memenuhi keperluan kehidupan dan
penghidupan .
Tak
hanya sampai disitu, liberalisasi pendidkan yang juga semakin deras menimpa
negeri ini dengan masuknya investor-invstor bisnis dalm lahan pendidikan
kemudian menjadikannya sebagai lading keuntungan bisnis membuat semakin
terpuruknya pendidikan saat ini. Persaingan untuk medapatkan pekerjaan terus
saja mencekoki siswa-siswi, sehingga doktrin yang muncul bukan lagi pendidikan
sebagai proses pencarian ilmu, tetapi sebatas proses pencarian secarik kertas
ijazah untuk melamar pekerjaan yang berujung pada cita-cita berduit banyak.
Kita sepakat saja dengan rocky gerung bahwa iajazah itu hanya membuktikan bahwa
pernah sekolah tapi tidak membuktikan bahwa pernah berpikir.
Tahun
baru ini, merupakan momentum baru revolusi pendidikan besar-besaran.
Pembangunan suprastruktur harus digenjot untuk peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, pemerataan pedidikan merupakan langkah awal pembangunan,
pembenahan-pembenahan dalam aspek system pendidikan harus segera dilaksanakan, komersialisasi
dan liberalisasi pendidikan mesti dihilangkan. Pendidikan harus menjadi lembaga
independen yang tak boleh terikat dengan pemodal sehingga mampu menjamin
cetakan-cetakan manusianya merupakan generasi-generasi emas calon pemimpin
dimasa depan yang orientasi pemikirannya bukan hanya soal pekerjaan, tetapi
persoalan menjadi manusia yang berguna. Memang sebuah pekerjaan berat buat para
pemangku kepentingan, tapi merekapun harus sadar bahwa mereka dipilih bukan di
lotree, kok rasanya tiba-tiba teringat seorang penyayi lawas, yah dia kan iwan
fals.
Penulis: Ahmad Muzawir Saleh
Komentar
Posting Komentar